Kamis, 16 Desember 2010

INTERVENSI GIZI DENGAN PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUARGA PROYEK KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI

Secara umum prorek KKG bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi serta menurunkan tingkat kesuburan, terutama keluarga Pra-Sejahtera dan sejahtera –1 di desa tertinggal melalui perubahan perilaku.

Secara khusus tujuan proyek ini adalah :
• Pemberdayaan keluarga dalam bidang kesehatan dan gizi
• Peningkatan ekonomi keluarga
• Penurunan tingkat kesuburan
• Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dasar.


Di bidang gizi proyek ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi melalui perubahan perilaku keluarga, secara operasional kegiatan pemberdayaan keluarga di bidang gizi pada 5 propinsi ( Sumut, Jambi, Bengkulu, Kalsel dan Kalteng) terintegrasi dengan komponen kegiatan lainnya dalam KKG pada tahun 2000. Proyek ini menggunakan pendekatan baru yaitu pendekatan keluarga dimana design program atau kegiatan nya dilakukan secara sistimatis akan menjangkau keluarga , sehingga pukesmas yang selama ini menggunakan pendekatan komunitas perlu melakukan reorientasi sesuai dengan paradigma baru puskesmas.
Dalam hal kaitannya untuk mempercepat proses pemberdayaan masyarakat dan keluarga, kegiatan di bidang gizi yang dikembangkan bermula dari kajian perilaku sadar gizi dan analisis kebutuhan program dilapangan, selanjutnya pengembangan intervensi dilakukan berdasarkan potensi masyarakat yang ada (organisasi/institusi kemsyarakatan, pola ekonomi keluarga ,dll). Untuk menunjang kegiatan pemberdayaan gizi, didukung dengan akses keluarga dalam pelayanan kesehatan , penguatan akses informasi kesehatan dan gizi. Adanya kader keluarga dan TPM yang direkrut dari masyarakat dan keluarga diharapkan akan menjembatani masuknya informasi gizi dalam keluarga.


Beberapa kegiatan gizi yang dilakukan antara laian :

1. Pendekatan KIE interpersonal secara proaktif menjangkau keluarga melalui Pemetaan keluarga Sadar Gizi (kadarzi) yang ditindaklanjuti dengan konseling .
2. Pemberdayaan keluarga/masyarakat untuk menghasilkan makanan balita padat gizi. Kegiatan ini diawali dengan need assessment( potensi bahan lokal serta komitmen Pemda dan masyarakat seperti: penyediaan tempat, daya listrik, sustainability), pelatihan kader dan petugas .
3. KIE Kadarzi melalui pegembangan dan penggandaan media, Kampanye , dll.
4. Peningkatan kemampuan dan ketrampilan petugas terutama dalam :
Pemantauan pertumbuhan balita, Konseling, tatalaksana kasus gizi buruk , Pembuatan MP-ASI berbasis pangan lokal, penyelenggaaran pelayanan gizi (POZI)

Kekuatan
Beberapa hal yang dianggap menjadi kekuatan adalah;
1. Kader keluarga, Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM), merupakan potensi untuk mempercepat proses pendidikan gizi.
2. Paket pemberdayaan bidang ekonomi (KUB) merupakan stimulan untuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui pengembangan usaha ekonomi bersekala kecil. Diupayakan stimulan berkaitan dengan bidang kesehatan .
3. Puskesmas peduli keluarga merupakan pendekatan pelayanan kesehatan yang pro- aktif menjangkau keluarga (sehat/sakit)
4. IPKS (Indeks Potensi keluarga sehat), merupakan indikator yang merupakan gambaran adanya partisipasi masyarakat (ada 7 indikator), salah satu indikator kadarzi (menimbang anak) termasuk dalam IPKS. IPKS menjadi salah satu sukses Kepala Daerah.
Ke tujuh indikator tersebut adalah :
• Tersedianya air bersih
• Tersedianya jamban keluarga
• Lantai rumah bukan dari tanah
• Bila ada PUS menjadi peserta KB
• Bila punya balita mengikuti kegiatan penimbangan
• Tidak ada anggota keluarga yang merokok
• Menjadi anggota keluarga dana sehat.

5. Badan Penyantun Puskesmas/Badan Peduli Kesehatan Masyarakat , suatu kelompok masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap kesehatan termasuk gizi merupakan mitra kerja puskesmas.
Badan ini diharapkan dapat menyantuni kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.
6. Tiap Kabupaten ada LSM yang diikutsertakan dalam prose pemberdayaan keluarga khususnya dalam pembinaan KUB. Peran TPM terutama dapat memperkuat TPM agar mampu memfasilitasi pemberdayaan keluarga.
7. Paket pemberdayaan di bidang kesehatan dan gizi

Kesimpulan .
1. Hasil pemetaan kadarzi di beberapa tempat menunjukkan adanya perubahan perilaku kadarzi pada keluarga sasaran.
2. Adanya komitmen Pemda untuk sustainabilitas dan replikabilitas kegiatan pembinaan kadarzi, pembuatan makanan balita/MP-ASI padat gizi.


Sumber: www.gizi.net

Artikel Gizi

Mari Lakukan Pengendalian
Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
Melalui Pola Makan Bergizi Seimbang

Oleh : Hera Nurlita

Pendahuluan
Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang karena mengandung kalori, lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap kejadian perubahan status gizi menuju gizi lebih dan obes yang secara umum disebut obesitas dan berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes mellitus, kanker, dan hipertensi). Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi obesitas nasional 19,1%. Pada umumnya perempuan (23,8%) lebih banyak menderita obesitas dibandingkan dengan pria (13,9%). Sedangkan obesitas sentral yang erat kaitannya dengan penyakit degeneratif untuk laki-laki dengan Lingkar Pinggang (LP) di atas 90 cm atau perempuan dengan LP diatas 80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO Asia –Pasifik, 2005). Prevalensi obesitas sentral tingkat nasional adalah 18,8%.


Data Susenas 2004 tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, menunjukkan bahwa Hampir seluruh penduduk berumur 15 tahun ke atas (99%) kurang mengkonsumsi sayur dan buah, 54% penduduk Indonesia terpapar 3 faktor risiko (merokok, kurang konsumsi sayur dan buah, serta kurang aktifitas fisik). Konsumsi garam meningkat 6,3 g/kapita/ hari tahun dari 5,6 g/kapita/hr (Susenas 1999)

2 komentar: